October 13, 2013

Sampai Kita Bertemu Lagi



Oh, hai tuan.
Tidak menyangka akan bertemu denganmu disini.
Topi fedora hitam masih saja menjadi kesayanganmu.
Kau tampak tampan, masih seperti hari kemarin.

Hendak kemana gerangan tuan?
Dua buah koper coklat jinjing sudah siap di kiri dan kananmu.
Kau letakkan begitu saja, sementara kau duduk membaca surat kabar yang datang pagi itu.

Ada kabar hangat apa pagi ini tuan?
Adakah tentang aku dan kau di koran pagi itu?
Tentang kita yang mendentingkan gelas tanpa sisa ampas
Tentang kita yang berbagi cerita di balik bilik.
Tentang kita yang sempat mencumbu, yang membuat malam cemburu.
Tentang kita yang... ah, sudahlah.
Sepertinya kau tidak ingat akan semuanya, bukan?

Sedang diburu waktu, tuan?
Aku melihatmu yang tanpa henti menatap waktu yang tersangkut di pergelangan tanganmu.
Apa yang sedang kau tunggu, tuan?
Atau, apa yang sedang kau biarkan berlalu?
Entahlah, aku tidak mau tahu.
Simpan saja untukmu sendiri.

Sudah mau pergi, tuan? 
Kau bangkit berdiri dan mulai menjinjing kedua koper coklatmu yang sedari tadi kau abaikan.
Topi fedora hitammu miring, tapi kau tak peduli.
Kalau saja kau mengingatku, aku tidak akan seperti orang asing yang membetulkan letak fedoramu.
Jadi aku putuskan diam saja dan mematung dari sini,
melihat punggungmu menjauh.

Aku ingat kau hendak kemana, tuan.
Ke suatu tempat di kaki langit. Mencari sebuah petualangan. Mencari sesuatu. Mencari hati baru, katamu waktu itu.
Entah hati siapa yang hendak kau cari, entah hati siapa yang akan kau temukan.
Hati-hati saja, tuan...
Cari hati yang memperhatikan.

Pesanku satu, untukmu tuan.
Tidak untuk kau letakkan pada hatimu.
Singkat saja...
tolong lekatkan baik-baik aku di memori otakmu.

Itu saja, 
terimakasih dan selamat jalan, tuan.

No comments:

Post a Comment