March 29, 2014

Mampukah Kita?


Apa yang membedakan antara seorang pemimpi dengan seorang pemimpin? Seorang pemimpin berawal dari seorang pemimpi, namun seorang pemimpi belum tentu berakhir menjadi seorang pemimpin.



Banyak pemimpin di dunia juga berawal dari seorang pemimpi. Soekarno misalnya. Siapa yang tidak kenal beliau? Presiden pertama Republik Indonesia. Sama halnya seperti kebanyakan rakyat Indonesia pada zaman dahulu yang memimpikan kemerdekaan bagi bangsanya, begitu pula dengan Soekarno. Impian yang dicita-citakan dan digumamkan setiap saat pada masa penjajahan selama kurang lebih 3,5 abad akhirnya berbuah menjadi kenyataan yang manis pada tanggal 17 Agustus 1945 yang saat ini dikenal dengan Hari Kemerdekaan Indonesia. Perjuangan yang berakhir dengan manis itupun juga harus melalui tahap yang panjang. Soekarno harus rela diasingkan ke Rengasdengklok oleh para pemuda yang menuntut kemerdekaan segera dikumandangkan. Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya. Kalau saja waktu itu Soekarno menyerah begitu saja atau membiarkan penjajahan terus terjadi, mungkin Indonesia akan terlambat untuk memerdekakan dirinya sendiri, atau bahkan tidak akan pernah merdeka dari penjajah sama sekali.



Sama seperti Soekarno, seorang Martin Luther King Jr. juga merupakan seorang pemimpi pada awalnya. Ia memimpikan kemerdekaan bagi kaumnya yang pada saat itu mengalami perbudakan dan diskriminasi di Amerika Serikat selama kurang lebih 465 tahun. Orang-orang kulit hitam dinilai tidak mempunyai derajat yang sama dengan orang-orang kulit putih bahkan malah terkesan mereka tidak ada harganya sama sekali. Lelah dengan rasisme yang begitu menyudutkan orang-orang kulit hitam di Amerika Serikat, ia bangkit dan menyatakan persamaan hak dan menginginkan diskriminasi terhadap orang kulit hitam dihapuskan. Benar saja, melalui pidatonya yang terkenal;  I Have a Dream, Martin Luther King mampu mendobrak  paham idealisme yang berkembang pada saat itu. Kesetaraan yang diinginkan akhirnya pun tercapai meskipun melalui jalan yang tidak bisa dianggap mudah. Istilah negro bagi orang kulit hitam pun dianggap tidak sesuai dan terlalu mengintimidasi sehingga istilah tersebut diganti menjadi African-American. Semenjak hari itu, kemerdekaan bagi orang kulit hitam di Amerika mulai bisa dicecap dan hingga saat ini mereka mendapat hak dan persamaan seperti halnya orang kulit putih.

2 contoh di atas membuktikan bahwa seorang pemimpin juga lahir dan berawal dari seorang pemimpi. Mereka melakukan hal-hal yang tadinya dianggap mustahil oleh kebanyakan orang, lalu mereka membuktikan kepada orang banyak bahwa sebenarnya mimpi merekapun bukanlah hal yang mustahil. Ada 2 hal yang membedakan antara seorang pemimpi dengan seorang pemimpin, yaitu cara mereka berpikir (the way of thinking) dan cara mereka bertindak (the way of doing).

Pertama, seorang pemimpin mampu berpikir sebagai seorang pemimpin, tentunya. Cara seorang pemimpin berpikir sudah pasti berbeda dengan kebanyakan orang. Seorang pemimpin tidak memikirkan tentang keuntungan dirinya sendiri, namun ia mampu memikirkan keuntungan bagi banyak pihak. Menurutnya, keuntungan orang banyak lebih penting daripada keuntungan yang didapat bagi dirinya sendiri. Seperti seorang pemimpi, seorang pemimpinpun memikirkan setiap detail impiannya. Ia berpikiran jauh ke depan saat yang lainnya hanya memikirkan hari ini. Seorang pemimpin juga memikirkan segala resiko tidak hanya hal-hal baik saja. Ide-ide cemerlang dan tidak biasa sering keluar dari otaknya. Keinginan seorang pemimpin dalam pikirannya adalah bagaimana ia dapat membentuk sebuah perubahan dan mampu berpikir kritis, ia juga tidak hanyut oleh pemikiran mainstream kebanyakan orang, namun dilain pihak ia juga mampu menampung saran dari pemikiran-pemikiran orang banyak disekitarnya.

Kedua, seorang pemimpin dapat bertindak sebagai seorang pemimpin. Semua orang dapat menjadi seorang pemimpin, namun cara mereka bertindaklah yang membedakan seorang pemimpin yang sebenarnya dengan seorang pemimpin yang hanya ingin diagung-agungkan namanya. Seorang pemimpin tidak hanya memerintah lalu duduk diam dan menunggu hasilnya datang kepadanya, namun seorang pemimpin mampu bekerjasama dengan orang lain. Selain itu, yang membedakan seorang pemimpin dengan seorang pemimpi dalam hal ini adalah sebuah tindakan. Dimana seorang pemimpi hanya mampu memikirkan hal-hal hebat, memimpikannya setiap malam bahkan tanpa henti mengumbar bentuk-bentuk impiannya pada semua orang, namun semua hal-hal hebat yang diimpikannya itu hanya akan berakhir di ujung lidahnya jika ia tidak menyertakan sebuah tindakan untuk menjadikannya sebuah kenyataan. 

Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Ada nilai yang harus dibayar. Namun kegigihan dan ketekunan mampu menghasilkan hasil yang memuaskan. Seorang pemimpin bukan seorang Bandung Bondowoso yang mampu mendirikan seribu candi dalam semalam. Butuh kerja keras, usaha serta semangat untuk pantang menyerah. Jikalau gagal, itu merupakan hal yang wajar, namun seorang pemimpin mampu bangkit dari keterpurukan dan menjadikannya sebuah pelajaran.

Kita, sebagai generasi muda, seharusnya mampu mulai berbenah diri. Kita merupakan calon-calon pemimpin masa depan. Nantinya kita yang akan melanjutkan perjuangan ini. Kita merupakan generasi penerus serta generasi perubahan. Kita meneruskan apa yang sudah baik dan juga merubah apa yang belum baik. Kita tidak berhenti begitu saja saat keadaan mulai memburuk, kita juga tidak larut terlalu lama dalam kegagalan saat apa yang kita impikan tidak menjadi kenyataan. Nyatanya, seorang pemimpin tidak akan mampu memimpin orang banyak apabila ia tidak mampu memimpin dirinya sendiri. Kita seharusnya mampu bangkit dan berdiri lebih tinggi lagi dan mulai membuktikan bahwa kita bisa.

Menjadi pemimpin, sekali lagi, bukanlah hal yang mudah. Namun jika kita hanya menginginkan sesuatu yang mudah, kita tak ubahnya seperti seorang pemimpi yang mengumbar impian mereka di siang bolong tanpa ada tindakan yang begitu berarti.

Jadi, mampukah kita bangun dari mimpi kita dan mulai untuk berpikir dan bertindak layaknya seorang pemimpin?

March 15, 2014

HER


Movie : HER
Directed by : Spike Jonze

I recently watched this movie a couple days ago with some of my friends. Here, I'm not going to analyze this movie like what I usually do whenever I'm working on my college paper, though the theory of Baudrillard crossed my mind while I typed. Instead, I'm going to talk about the story line and also about the movie itself.

HER is a movie that won several awards, included Oscars and Academy Awards, and some nominees in Golden Globe of course. But, no. That is not the reason why I decided to watch this movie. Nowadays, we decided to go to the cinema and watch the movie because we attracted to the actors or actresses in it or some of us might go because of the poster that really intriguing yet interesting. Others might excited to watch a movie because of the good review the movie make in one of the movie magazines. Well, that's not me.

Actually, I fell in love with the movie from the first time I read the story. HER's story is about a guy named Theodore Twombly who fell in love with a female voice of an OS (Operating System). That's it. That sentence have me accidentally in love with the idea of this love story. A man who head over heels with a female voice. It's simple yet complicated, makes me excited to go to the cinema as soon as possible.

When I watched the movie, I loved it from the very start. I like how the angle of the camera moves and the tone that Jonze used to depict the scene. The time setting was in 2025, though the choice of costume for each actors and actresses showed in late 60's. I squealed like a fat boy finally sees his cake arrived. I'm sorry, but I'm a fanatic of vintage and retro things. Hope is not a sin.

I'm not a big fan of romance but if the romantic things happened in my life, I would be damned to refuse it. Of course there are several romance movie that stole my heart because I'm such a hopeless romantic. I don't like cheesy and some cliche things, that's why I choose really carefully whenever I wanted to watch some movie that has special love ingredients in it.

HER is another story. The reason why I adore this movie so much is because it teaches me a lesson. Like, you can't choose who you are going to fall in love with. I'm sound a little bit cheesy, aren't I?

Theodore is a human and he is falling in love with Samantha who is only a female voice of an OS. Theodore who was going through a divorce found that Samantha really gets him in any possible way. He found comfort that he can't find in any female human. Despite his solitude and loneliness, Theodore feels safe whenever he made a contact with Samantha. He started to tell Samantha about his day, he also took Samantha on a date. Yeah, a human and an female voice of an OS spent the day together. That's really cute, isn't it?

But then, like any other love stories the story had to reach its climax and find the completion. Either, it has to come to the story line that Samantha is actually real and she can be together with Theodore or Theodore has to face the truth that Samantha is only a program and she always will be. Well, the latter reason sounds more make sense and in the end of the movie, Theodore had to say goodbye to Samantha because the creators of the OS's decided to shut them down. It leaves Theodore with a broken heart.

Like what I said above, it's a simple yet a complicated love story and the movie just beautiful. No doubt if it won many awards for several nominees, including The Academy Awards for Best Original Screenplay. It shows me how a person can completely went head over heels over a voice program and Joaquin Phoenix, a man who portrayed Theodore Twombly, is a great actor. When he madly deeply in love with Samantha, he showed through his acting convincingly and not forget about the way he brokenhearted when he found out that Samantha had to leave. It makes me want to hug him and say, "It's okay, Theodore. It's okay. I feel you." (and maybe with a little pat on his back.)

What Theodore felt with Samantha is something that I'm longing for. Theodore let himself being vulnerable and let Samantha in into his life, though he knew from the very beginning that she was just a program. But then, the love grows between them and Theodore did not mind to be a fool for Samantha. Later, he found out that Samantha was not only talking to him, in fact Samantha talked to a lot of people, 8316 to be exact and she admitted that there are 641 of them that she fall in love with.

Theodore knew that he is going to get his heart broken in the end, but he kept his opinion that he really loved Samantha. In the movie showed how Samantha turned Theodore's world upside down but still he can't let her go.

Despite the love story between Theodore and Samantha which happened between a human and a program, I think that everyone has the similar love story with a different plot. The point is, when we decided to fall, we are going to get hurt in the end, sooner or later; with different "how" and "why". The first thing to do is to let ourselves being vulnerable then we invited them in into our lives, learning about each other, falling in love with each other in every single day. Isn't it worth it?

And yes, every person we loved are going to leave us and make our heart broken. The only thing we need to do is that we have to find someone who worth the wound.