“Selamat Natal.”
“Aku ingin salju .”
“…”
“Iya . Kau tak salah dengar. Aku ingin salju .”
“Dan aku harap kau tak sedang berkhayal. Kita hidup di
bagian bumi paling tropis dan kau
“Salah ?”
“Itu mustahil .”
“Ku dengar tidak ada yang mustahil.”
“…ya tapi ini berbeda.”
“Apa yang berbeda?”
“Caramu meminta . Tidak seklise itu .”
“Jadi jika ingin meminta kepada-Nya harus melalui beberapa
syarat dan ketentuan yang berlaku? Birokrasi penuh ?”
“Bukan birokrasi yang penuh , tapi iman .”
“Kalau imanku penuh, maka salju akan segera turun?”
“Dari mana kau tahu kalau imanmu sudah penuh?”
“Aku tahu saja . Berharap dan berdoa . Cukup kan ?”
“Tidak .”
“Lalu ?”
“Iman .”
“Aku sudah punya iman.”
“Kau harus punya iman sebesar biji sesawi dulu baru kau bisa
memindahkan gunung.”
“Aku punya iman lebih besar. Seluas lautan… oh tidak, seluas
samudera.”
“Kalau begitu, seharusnya salju sudah turun sedari tadi
bukan?”
“Omong kosong.”
“Selamat Natal. Semoga lekas pulang .”
“Siapa ?”
“Jiwamu yang hilang .”
No comments:
Post a Comment