Jadi sampai sini saja?
Entahlah, aku juga enggan memberitahukannya pada bagian diriku yang lain.
Apa iya, setelah ini aku akan benar-benar selesai memujanya?
Aku berpikir ini terlalu dini, tapi sepertinya ini juga sudah larut.
Entah mana yang benar.
Aku juga tidak sedang berpikir benar.
Takut itu masih ada, malahan dia berkecamuk.
Meronta agar aku melepaskannya, dan pada akhirnya aku bisa menyerah.
Tunduk padanya dan membiarkannya bersemayam yang entah pula sampai kapan.
Menurutmu aku tahu awal semua ini?
Lalu aku juga tahu bagaimana akhirnya?
Entah, aku tidak tahu.
Entah pula aku harus bertanya kepada siapa.
Yang dipuja terdengar sunyi.
Kalau aku berhenti sekarang, apakah sakitnya akan lebih berkurang?
Bagaimana jika nanti rasa sakitnya sama saja?
Karena kalaupun aku berpura-pura untuk tidak peduli, Tuhan tahu aku masih peduli setengah mati.
Jadi terserah dia, apa dia masih mengijinkan aku memujanya,
atau dia malahan mencari seorang lain yang bisa dia puja.
Memikirkannya saja sudah membuatku sebal bukan kepalang.
Entah.
Menurutmu aku harus apa?
Tetap berdiri disini saja, memandangi punggungnya yang kian menjauh,
diam-diam merekam suara tawanya yang renyah,
dan berharap kami berdua bisa berbincang seperti dulu?
Atau ada baiknya aku mengaku?
Entahlah.
Jadi, apa ada yang bisa mendefinisikan ini semua?
Karena otakku sedang lemah.
Mereka tidak bekerja jika aku sedang jatuh cinta.
Tunggu...
Memang, aku sedang jatuh cinta?
Entahlah...
Ada yang bisa menjawabkannya untukku?
No comments:
Post a Comment