June 15, 2013

The Messages

Lelaki itu menghilang. Lelaki dengan tawa elektriknya yang setiap hari dia dendangkan ketika bersamaku. Mungkin dia sedang sibuk, pikirku menenangkan diri. Tentu saja aku sedang tidak tenang. Hampir 5 hari tidak aku dengar kabar tentangnya. Aku mulai berpikir sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Hai. Semoga kau baik-baik saja.

Jempolku menari-nari diatas layar sentuh itu. Memutuskan untuk menghapus kalimat terakhir.

Hai.

Aku memandangi layar di hadapanku cukup lama, sampai cahayanya meredup dan gelap.

Sial. Aku pikir aku punya keberanian untuk sekedar mengirim pesan kepadanya. Yang ada, aku kembali membenamkan wajahku ke bantal. Takut-takut sambil sedikit berharap masih ada kenekatan yang menempel di otak kananku.

Aku mengambil nafas panjang, lalu menghembuskannya lagi. Mengambil, lalu menghembuskan. Berulang kali. Rasa-rasanya jantungku berdegup terlalu kencang sehingga persediaan oksigen seakan terasa selalu kurang.

Hai.

Aku menyentuh tombol Send sambil memejamkan mata. Bodoh. Aku kembali membenamkam wajahku ke bantal.

Aku pikir dengan mengirimkan pesan, perasaan nyeri itu hilang sendirinya. Tapi, ternyata tidak. Tidak segampang itu.

6 menit, 9 menit, 12 menit, 21 menit...

Mataku masih tidak lekang menatap layar. Tiap menitnya aku hitung. Semoga di menit berikutnya sudah ada pesan masuk. Tapi, nihil. Dan seketika aku merasa bodoh. Lebih bodoh dari yang tadi.

Seketika aku merutuki diriku sendiri. Bersikap realisitis pada logika yang terpampang. Siapa gerangan yang bersedia membalas pesan bercantumkan sapaan sekenanya setelah argumen kami 5 hari yang lalu? Argh.

Niat beranjak dari dekapan bantal aku urungkan. Sebaliknya, dengan air muka cemas aku memandangi layar sentuh yang menggelap.

Masih belum ada balasan.

Jemariku gatal. Beradu dengan otakku yang seolah meneriakkan supaya aku tetap menunggu pesan baru. Tapi, jemari menang. Otakku mencoba menerima kekalahannya dengan tidak ikhlas.

Masih marah? Berhenti ya? Nanti aku belikan susu rasa coklat kesukaanmu :)

Kali ini tanpa pikir panjang, aku langsung menekan tombol Send. Semoga kali ini dibalas, harapku penuh.

10 menit... 16 menit...

Kamu dimana? Sedang apa?

12 menit...

Dungu, jangan bertingkah dungu..

7 menit...

Terserah kamu lah ~

Dengan geram aku menekan tombol Send. Hampir sejam aku mengahabiskan waktu di depan telepon genggamku hanya untuk memikirkan kata-kata apa yang hendak aku kirim dan berharap mendapatkan balasan dari seberang.

Tapi, nihil. Aku merasa bodoh, dan menyedihkan. Seharusnya sedari awal aku mendengarkan otakku untuk tidak mengiriminya pesan terlebih dahulu.

Semua sudah terlambat. Pesan-pesan itu sudah terkirim tanpa ada kemungkinan untuk dibalas.

Is this goodby|

Belum selesai aku mengetik pesan, pesan baru masuk. Darinya. Lelaki yang suaranya berirama elektrik.

Maaf. Br ad plsa. Jd, yg marah sp skrg?

Aku tersenyum simpul melihat deretan kata yang dia kirimkan untukku. Aku merasa lebih bodoh sekarang. Segera aku hapus separuh kalimat yang belum sempat aku selesaikan. Seketika rasa marah itu lenyap entah kemana.

Sorry, I'm such a possessive bastard..

Kali ini aku tidak perlu menunggu sampai 5 menit, pesan masuk seketika. Layaknya 2 orang yang sedang bercakap, kami saling bertukar cerita.

You really are.

:)

Jadi, segini aja marahnya?

Mau minta lebih?

Nope. I didn't mean to. Kamu ga betah aku diemin kan?

Ugh, you wish.

Haha :)

Ga lucu ah -_-

Kamu lucu, bodoh. Susu rasa coklatnya jadi gratis?

Aku ga janjiin kamu susu rasa coklat.

Dasar. Td km blg gt biar aku ga marah. Ya kan?

Tadi kok. Km balesnya kelamaan.

:)

Jadi skg kebanyakan pulsa? Cmn ngirim emote aja?

:))

-_-

:)))

DUNGU!

Iya, bodoh?

Jangan kemana-mana..

Emgnya aku mau kemana?

Uhm, mksdnya jgn ngilang lg.

Oh.

Janji?

Aku gabisa janji.

Knp? :(

Soalnya... Aku takut gabisa nepatin janji.

Oh.

Maaf.

Iyah, aku paham.

:)

So.. Is this goodbye?

Do you want it to be?

No..

Then don't ever say something like that..

Sorry.

No one knows what the future holds.
Only God knows why.

I wonder why Cupid stabbed his arrows to both of us.

Maybe to make us realize that we are worth it.

I miss U.

:)

U don't miss me, do U?

Ra-ha-sia.

Stupid.

Idiot.

Let's meet up :)

Let's :)




Surabaya, 15 Juni 2013.
Diluar gelap. Segelap layar telepon genggam yang menunggu pesan baru masuk dari seberang.

No comments:

Post a Comment