Keinginan saya mungkin banyak. Tapi saya tidak seegois itu.
Ekspektasi saya terhadap seseorang mungkin tinggi. Tapi saya masih bisa mengerti jika dia tidak.
Saya ingin seseorang,
yang tahu kapan saatnya menggenggam erat tangan saya.
Saya ingin seseorang,
yang ketika saya menggenggam tangannya, perasaan campur aduk itu ada.
Saya ingin seseorang,
yang mampu membuat rambut saya berantakan dengan acakan tangannya.
Saya ingin seseorang,
yang mengacak rambut saya dan saya masih bisa tersenyum karenanya.
Saya ingin seseorang,
yang mampu menempatkan konteks 'I Love You' di saat yang tepat.
Saya ingin seseorang,
yang bisa dan akan selalu bisa membuat saya membalasnya; 'I Love You too' dan memaknainya.
Saya ingin seseorang,
yang mampu membuat perasaan saya selalu hidup untuknya.
Saya ingin seseorang,
yang mampu membantu saya mengeringkan airmata tidak hanya dengan menyekanya.
Saya ingin seseorang,
yang mampu bertingkah gila saat dia tahu saya tidak sedang ingin menggila bersamanya.
Saya ingin seseorang,
yang ketika saya melihat namanya muncul di inbox, saya mampu berkeringat dingin membukanya.
Saya ingin seseorang,
yang tetap tertawa saat rambut saya terlalu pendek dan Ia lalu berkata,'Tenang,masih banyak waktu menunggu rambutmu panjang.'
Saya ingin seseorang,
yang membuat saya nyaman dan grogi di saat Ia meletakkan kepala saya di bahunya.
Saya ingin seseorang,
yang lebih pintar daripada saya.
Saya ingin seseorang,
yang datang pada saya dari ketidaksengajaan dan berakhir dengan bahagia.
So cheesy ?
Ya, tapi saya tidak meminta terlalu banyak bukan ?
March 21, 2011
March 20, 2011
Moonlight Sonata
Gadis kecil itu berdiri di depan pianonya.
Menatap sebentar.
Lalu dia putuskan untuk duduk di atas kursinya.
Jari telunjuknya menekan perlahan satu persatu tuts dihadapannya.
Tanpa Ia sadari, kesembilan jari yang lainnya menumpang tindih pada tuts.
Monlight Sonata karya Beethoven Ia mainkan.
Perlahan...
Marah, sedih, kecewa dan tak mampu mengungkapkannya pada semua orang.
Ya, dia tidak mampu untuk menangis.
Dia tegar menghadapi semuanya.
Atau mungkin...
Ia terlalu angkuh membiarkan airmatanya menetes.
Menatap sebentar.
Lalu dia putuskan untuk duduk di atas kursinya.
Jari telunjuknya menekan perlahan satu persatu tuts dihadapannya.
Tanpa Ia sadari, kesembilan jari yang lainnya menumpang tindih pada tuts.
Monlight Sonata karya Beethoven Ia mainkan.
Perlahan...
Marah, sedih, kecewa dan tak mampu mengungkapkannya pada semua orang.
Ya, dia tidak mampu untuk menangis.
Dia tegar menghadapi semuanya.
Atau mungkin...
Ia terlalu angkuh membiarkan airmatanya menetes.
March 14, 2011
Sudah
Rumah kartu itu sudah luluh lantak. Tinggal lembaran-lembaran kartu yang tak beraturan tersebar di tanah
Bukan tinggi tumpukan kartunya yang membuat saya bangga melainkan pelajaran yang saya ambil yang belum tentu orang lain miliki..
Sudah usai semuanya. Sudah sampai disini. Sudah tidak ada lagi rumah kartu. Sudah tak ada lagi lembaran kartu yang ditumpuk perlahan.
Sudah..
Bukan tinggi tumpukan kartunya yang membuat saya bangga melainkan pelajaran yang saya ambil yang belum tentu orang lain miliki..
Sudah usai semuanya. Sudah sampai disini. Sudah tidak ada lagi rumah kartu. Sudah tak ada lagi lembaran kartu yang ditumpuk perlahan.
Sudah..
March 3, 2011
Seseorang
Gadis kecil itu berdiri mematung, menatap dari belakang punggung tegap seseorang.
Ia menatap apa yang dia bawa.
Balonnya. Kuning.
Pergi....
Ia menatap apa yang dia bawa.
Balonnya. Kuning.
Pergi....
Subscribe to:
Posts (Atom)